ICD Anemia Gravis Panduan Lengkap
Pernah dengar anemia gravis? Kondisi darah yang satu ini bisa bikin kamu lemas tak berdaya! Bukan cuma sekedar lelah biasa, anemia gravis bisa mengganggu aktivitas harian dan bahkan mengancam nyawa. Yuk, kita kupas tuntas apa itu anemia gravis berdasarkan klasifikasi ICD, mulai dari gejala hingga pengobatannya. Siap-siap menambah pengetahuan kesehatanmu!
Anemia gravis, dengan kode ICD tertentu, merupakan kondisi serius yang ditandai dengan penurunan jumlah sel darah merah yang signifikan. Pemahaman yang tepat tentang patofisiologi, gejala, diagnosis, dan pengobatan anemia gravis sangat krusial untuk penanganan yang efektif. Artikel ini akan membahas secara detail berbagai aspek anemia gravis, membantu kamu memahami kondisi ini dengan lebih baik.
Anemia Gravis: Lebih dari Sekadar Kekurangan Darah
Anemia, kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah sehat, seringkali dianggap sepele. Namun, anemia gravis, atau anemia berat, merupakan kondisi serius yang bisa mengancam jiwa jika tidak ditangani dengan tepat. Artikel ini akan mengupas tuntas tentang anemia gravis, mulai dari definisi, klasifikasi berdasarkan ICD (International Classification of Diseases), hingga perbedaannya dengan jenis anemia lainnya. Siap-siap menambah wawasanmu, geng!
Definisi dan Klasifikasi Anemia Gravis Berdasarkan ICD
Anemia gravis, dalam konteks ICD, merujuk pada kondisi anemia yang parah, ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin yang signifikan dan gejala klinis yang berat. Definisi operasionalnya dalam praktik klinis biasanya mengacu pada kadar hemoglobin di bawah ambang batas tertentu, serta adanya gejala-gejala seperti kelelahan ekstrem, sesak napas, pusing, dan palpitasi. Ambang batas tersebut dapat bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan individu. Kode ICD yang terkait dengan anemia gravis bervariasi tergantung penyebabnya, misalnya D50 (Anemia defisiensi besi), D61 (Anemia aplastik), atau kode-kode lain yang mencerminkan etiologi spesifiknya.
Tabel Perbandingan Jenis Anemia Gravis
Berikut tabel perbandingan beberapa jenis anemia gravis berdasarkan gejala, penyebab, dan pengobatan. Ingat, ini hanyalah gambaran umum, dan diagnosis serta pengobatan harus dilakukan oleh tenaga medis profesional.
Jenis Anemia Gravis | Gejala Utama | Penyebab | Pengobatan |
---|---|---|---|
Anemia Aplastik | Kelelahan ekstrem, mudah memar, perdarahan, infeksi berulang | Kegagalan sumsum tulang, paparan zat kimia, radiasi | Transfusi darah, imunosupresan, transplantasi sumsum tulang |
Anemia Defisiensi Besi Berat | Kelelahan, sesak napas, pusing, kulit pucat, kuku rapuh | Kekurangan asupan zat besi, perdarahan kronis | Suplementasi zat besi, perbaikan diet |
Anemia Hemolitik Autoimun | Jaundice (kulit dan mata menguning), urine berwarna gelap, kelelahan, pembesaran limpa | Sistem imun menyerang sel darah merah | Kortikosteroid, imunosupresan, splenektomi (pengangkatan limpa) |
Perbedaan Anemia Gravis dengan Jenis Anemia Lainnya
Anemia gravis dibedakan dari anemia ringan atau sedang melalui tingkat keparahan gejalanya dan kadar hemoglobin yang jauh lebih rendah. Misalnya, anemia ringan mungkin hanya menyebabkan kelelahan ringan, sementara anemia gravis dapat menyebabkan sesak napas yang berat dan bahkan gagal jantung. Perbedaannya juga terletak pada penyebab dan pengobatannya. Anemia ringan akibat kekurangan zat besi mungkin hanya memerlukan suplementasi zat besi, sedangkan anemia gravis bisa memerlukan pengobatan yang lebih kompleks, seperti transfusi darah atau bahkan transplantasi sumsum tulang.
Patofisiologi Anemia Gravis
Anemia gravis, atau aplasia sumsum tulang, bukanlah sekadar kekurangan sel darah merah biasa. Ini adalah kondisi serius di mana sumsum tulangmu, pabrik sel darah, mengalami kerusakan dan nggak bisa memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit dalam jumlah yang cukup. Bayangkan pabriknya mogok, otomatis produksi terhenti. Nah, untuk memahami betapa seriusnya kondisi ini, kita perlu menyelami patofisiologinya.
Mekanisme Patofisiologi Anemia Gravis
Anemia gravis terjadi karena gangguan pada proses hematopoiesis, yaitu pembentukan sel darah di sumsum tulang. Penyebabnya beragam, mulai dari autoimun hingga paparan racun. Pada kasus autoimun, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sel-sel stem hematopoietik di sumsum tulang, sel-sel yang bertanggung jawab untuk menghasilkan semua jenis sel darah. Akibatnya, produksi sel darah terhambat, sehingga tubuh kekurangan sel darah merah (mengakibatkan anemia), sel darah putih (meningkatkan risiko infeksi), dan trombosit (meningkatkan risiko perdarahan).
Peran Berbagai Faktor dalam Terjadinya Anemia Gravis
Beberapa faktor berperan dalam perkembangan anemia gravis. Faktor genetik bisa menjadi pemicu, meskipun nggak selalu. Paparan zat kimia tertentu, seperti benzena, juga bisa merusak sumsum tulang. Beberapa obat-obatan juga teridentifikasi sebagai penyebab, meskipun kejadiannya relatif jarang. Faktor infeksi virus tertentu juga dikaitkan dengan perkembangan anemia gravis, menunjukkan kompleksitas interaksi faktor penyebab.
- Faktor Genetik: Mutasi gen tertentu dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap anemia aplastik.
- Toksisitas: Paparan zat kimia seperti benzena dan pestisida dapat merusak sel-sel sumsum tulang.
- Obat-obatan: Beberapa obat-obatan, meskipun jarang, dapat memicu reaksi yang merusak sumsum tulang.
- Infeksi Virus: Virus tertentu, seperti parvovirus B19, dapat menyebabkan kerusakan sementara atau permanen pada sumsum tulang.
- Reaksi Autoimun: Sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sumsum tulang, menghambat produksi sel darah.
Tahapan Perkembangan Penyakit Anemia Gravis
Anemia gravis bisa berkembang secara bertahap atau tiba-tiba. Pada tahap awal, mungkin hanya muncul gejala ringan seperti kelelahan. Namun, seiring perkembangan penyakit, gejala akan semakin berat dan bisa mengancam jiwa. Penurunan jumlah sel darah yang signifikan dapat menyebabkan anemia berat, infeksi berulang, dan perdarahan yang mudah.
- Tahap Awal: Gejala ringan seperti kelelahan, mudah lelah, dan sesak napas.
- Tahap Menengah: Anemia semakin berat, disertai peningkatan risiko infeksi dan perdarahan.
- Tahap Lanjut: Anemia berat, infeksi yang berulang dan sulit disembuhkan, perdarahan hebat, dan kemungkinan gagal sumsum tulang.
Diagram Alir Patofisiologi Anemia Gravis
Bayangkan diagram alir seperti ini: [Deskripsi Diagram Alir: Mulai dari faktor pencetus (genetik, toksik, autoimun, infeksi), menuju kerusakan sel stem hematopoietik di sumsum tulang, kemudian berujung pada penurunan produksi sel darah merah, putih, dan trombosit, dan akhirnya memunculkan gejala anemia gravis seperti kelelahan, infeksi, dan perdarahan].
Implikasi Pemahaman Patofisiologi terhadap Strategi Pengobatan
Memahami patofisiologi anemia gravis sangat penting dalam menentukan strategi pengobatan yang tepat. Jika penyebabnya autoimun, maka pengobatan imunosupresif mungkin diperlukan. Jika disebabkan oleh toksisitas, maka penghentian paparan zat berbahaya dan pengobatan suportif menjadi prioritas. Pemahaman yang mendalam tentang mekanisme penyakit ini memungkinkan dokter untuk memilih pendekatan yang paling efektif dan memberikan prognosis yang lebih akurat.
Gejala dan Diagnosis Anemia Aplastik
Anemia aplastik, kondisi langka di mana sumsum tulangmu nggak memproduksi sel darah baru dengan cukup, bisa bikin hidupmu jadi kurang berwarna. Ngga cuma lelah, tapi juga bisa berujung pada masalah kesehatan serius. Makanya, penting banget buat kenali gejala-gejalanya dan tahu bagaimana dokter mendiagnosisnya. Berikut ini penjelasan lengkapnya!
Gejala Klinis Anemia Aplastik
Gejala anemia aplastik bervariasi, tergantung seberapa parah kondisi tersebut. Tapi, beberapa gejala umum yang sering muncul antara lain kelelahan ekstrem, sesak napas, pusing, dan mudah memar atau berdarah. Perlu diingat, gejala-gejala ini bisa juga muncul pada jenis anemia lain, jadi diagnosis yang tepat sangat penting.
- Kelelahan ekstrem: Rasa lelah yang berlebihan dan tak kunjung hilang, bahkan setelah istirahat cukup.
- Sesak napas: Sulit bernapas, bahkan saat melakukan aktivitas ringan.
- Pusing dan pingsan: Merasa pusing dan kehilangan kesadaran secara tiba-tiba.
- Mudah memar atau berdarah: Muncul memar dengan mudah atau perdarahan yang sulit berhenti, seperti mimisan atau gusi berdarah.
- Demam dan infeksi berulang: Sistem imun yang lemah meningkatkan risiko infeksi.
- Kulit pucat: Warna kulit yang terlihat lebih pucat dari biasanya.
Gejala yang Membedakan Anemia Aplastik
Meskipun gejala umum anemia aplastik mirip dengan jenis anemia lainnya, ada beberapa ciri khas yang membedakannya. Salah satu indikator penting adalah jumlah sel darah yang rendah secara signifikan, meliputi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Kondisi ini jarang terjadi pada jenis anemia lainnya.
Selain itu, riwayat paparan racun atau obat-obatan tertentu dapat menjadi petunjuk penting. Beberapa obat-obatan, seperti kloramfenikol, dapat memicu anemia aplastik. Jadi, penting untuk memberitahu dokter tentang riwayat pengobatan dan paparan zat kimia yang pernah dialami.
Prosedur Diagnostik Anemia Aplastik
Untuk memastikan diagnosis anemia aplastik, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan. Proses ini bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah sel darah yang rendah dan mencari tahu penyebabnya.
Pemeriksaan Penunjang Anemia Aplastik
Beberapa pemeriksaan penunjang yang umum dilakukan untuk mendiagnosis anemia aplastik antara lain:
- Pemeriksaan darah lengkap (CBC): Untuk mengukur jumlah sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.
- Biopsi sumsum tulang: Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel sumsum tulang untuk diperiksa di bawah mikroskop. Ini membantu menilai jumlah sel darah pembentuk dan melihat adanya kelainan.
- Tes sito genetik: Untuk mendeteksi adanya kelainan genetik yang mungkin menjadi penyebab anemia aplastik.
- Tes serologi: Untuk mendeteksi adanya infeksi virus atau autoantibodi yang mungkin berperan dalam perkembangan penyakit.
Interpretasi Hasil Pemeriksaan Penunjang
Interpretasi hasil pemeriksaan penunjang membutuhkan keahlian dokter spesialis hematologi. Secara umum, diagnosis anemia aplastik ditegakkan jika ditemukan jumlah sel darah yang sangat rendah (pancytopenia) pada pemeriksaan darah lengkap, dan biopsi sumsum tulang menunjukkan hipoplasia (penurunan jumlah sel pembentuk darah) tanpa adanya tanda-tanda penyakit ganas atau infiltrasi sel abnormal lainnya. Hasil tes sito genetik dan serologi dapat memberikan informasi tambahan mengenai penyebab dan prognosis penyakit.
Pengobatan dan Manajemen Anemia Gravis
Anemia gravis, dengan segala kompleksitasnya, membutuhkan pendekatan pengobatan yang terencana dan terukur. Bukan cuma sekadar minum obat, lho! Prosesnya melibatkan pemahaman mendalam tentang penyebab anemia, stadium penyakit, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Nah, mari kita bahas berbagai strategi pengobatan dan langkah-langkah manajemen yang efektif untuk menghadapi tantangan anemia gravis ini.
Pilihan Pengobatan Anemia Gravis
Terapi anemia gravis bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Tidak ada obat ajaib, ya! Pengobatannya bersifat spesifik dan disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Beberapa pendekatan umum meliputi terapi suportif, pengobatan penyebab anemia, dan terapi pengganti sel darah merah.
- Terapi suportif: Berfokus pada pengelolaan gejala seperti kelelahan, sesak napas, dan pusing. Ini bisa termasuk istirahat yang cukup, manajemen stres, dan perubahan gaya hidup.
- Pengobatan penyebab anemia: Jika anemia disebabkan oleh defisiensi nutrisi (misalnya, kekurangan zat besi, vitamin B12, atau asam folat), maka pengobatan difokuskan pada penambahan nutrisi tersebut melalui suplementasi atau perubahan pola makan. Jika disebabkan oleh penyakit kronis, pengobatannya diarahkan pada penyakit tersebut. Misalnya, pengobatan infeksi, kanker, atau penyakit autoimun.
- Terapi pengganti sel darah merah: Pada kasus anemia berat yang tidak merespon pengobatan lain, transfusi darah mungkin diperlukan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dalam tubuh. Dalam beberapa kasus, dipertimbangkan juga penggunaan agen stimulator eritropoiesis (ESA) untuk merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang.
Mekanisme Kerja Pengobatan Anemia Gravis
Mekanisme kerja pengobatan bervariasi tergantung jenis terapi yang diberikan. Mari kita bahas lebih rinci.
- Suplementasi Nutrisi: Suplemen zat besi, vitamin B12, atau asam folat bekerja dengan cara mengganti kekurangan nutrisi yang dibutuhkan untuk produksi sel darah merah. Zat besi merupakan komponen penting hemoglobin, protein yang membawa oksigen dalam darah. Vitamin B12 dan asam folat berperan penting dalam sintesis DNA dan pembelahan sel, proses yang krusial dalam pembentukan sel darah merah.
- Pengobatan Penyakit Penyebab: Pengobatan penyakit yang mendasari anemia, seperti infeksi atau kanker, bertujuan untuk menghilangkan penyebab anemia dan memungkinkan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah secara normal kembali. Ini dapat berupa antibiotik untuk infeksi, kemoterapi atau radioterapi untuk kanker, atau obat imunosupresif untuk penyakit autoimun.
- Transfusi Darah: Transfusi darah langsung meningkatkan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi, memberikan oksigen yang dibutuhkan ke jaringan tubuh. Ini merupakan terapi yang efektif untuk mengatasi anemia berat dan gejala-gejalanya yang mengancam jiwa.
- Agen Stimulator Eritropoiesis (ESA): ESA, seperti eritropoietin, merangsang sumsum tulang untuk memproduksi lebih banyak sel darah merah. Efeknya meningkatkan kadar hemoglobin dan hematokrit, mengurangi gejala anemia.
Efektivitas dan Efek Samping Pengobatan
Efektivitas dan efek samping pengobatan anemia gravis sangat bervariasi tergantung pada penyebab anemia, jenis pengobatan, dan kondisi pasien. Konsultasi dengan dokter sangat penting untuk menentukan pilihan pengobatan yang paling tepat dan aman.
Pengobatan | Efektivitas | Efek Samping |
---|---|---|
Suplementasi Zat Besi | Sangat efektif untuk anemia defisiensi besi | Gangguan pencernaan, sembelit, diare |
Suplementasi Vitamin B12 | Efektif untuk anemia pernisiosa | Reaksi alergi yang jarang terjadi |
Transfusi Darah | Efektif untuk anemia berat | Reaksi transfusi, infeksi |
ESA | Meningkatkan kadar hemoglobin | Hipertensi, trombosis |
Panduan Manajemen Anemia Gravis
Manajemen anemia gravis memerlukan pendekatan multidisiplin yang komprehensif. Berikut panduan langkah demi langkah:
- Identifikasi Penyebab: Melakukan pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan sumsum tulang, dan tes penunjang lainnya untuk menentukan penyebab anemia.
- Pengobatan Penyebab: Memberikan pengobatan yang tepat untuk mengatasi penyebab anemia, seperti infeksi, defisiensi nutrisi, atau penyakit kronis.
- Terapi Suportf: Memberikan terapi suportif untuk mengelola gejala, seperti istirahat yang cukup, manajemen stres, dan modifikasi gaya hidup.
- Monitoring Terapi: Melakukan pemantauan secara berkala untuk menilai respons terhadap pengobatan dan menyesuaikan terapi jika diperlukan.
- Pencegahan Komplikasi: Mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi risiko komplikasi anemia, seperti infeksi atau gagal jantung.
Penting untuk diingat bahwa manajemen anemia gravis bersifat individual dan disesuaikan dengan kondisi setiap pasien. Konsultasi teratur dengan dokter sangat penting untuk memastikan pengobatan yang efektif dan aman.
Strategi Pengobatan Komprehensif Berdasarkan Stadium Penyakit
Strategi pengobatan anemia gravis disesuaikan dengan stadium penyakit. Pada stadium awal, mungkin cukup dengan terapi suportif dan pengobatan penyebab anemia. Namun, pada stadium lanjut yang lebih berat, mungkin diperlukan transfusi darah atau ESA.
Penentuan stadium penyakit dan strategi pengobatan yang tepat harus dilakukan oleh tenaga medis yang berkompeten. Jangan coba-coba melakukan pengobatan sendiri, ya!
Komplikasi dan Pencegahan Anemia Gravis
Anemia gravis, dengan segala tingkat keparahannya, bukan cuma soal tubuh kekurangan sel darah merah. Kondisi ini bisa memicu sederet masalah kesehatan serius lainnya. Makanya, penting banget untuk tahu komplikasi apa aja yang mungkin muncul dan langkah-langkah pencegahan yang bisa kita ambil. So, mari kita bahas lebih dalam!
Komplikasi Anemia Gravis
Bayangkan mesin mobil yang kekurangan oli – pasti nggak akan berjalan lancar, kan? Begitu pula dengan tubuh kita yang kekurangan sel darah merah. Anemia gravis yang nggak tertangani bisa memicu berbagai komplikasi, mulai dari yang ringan sampai yang mengancam jiwa. Berikut beberapa di antaranya:
- Kelelahan Ekstrem: Ini gejala paling umum. Karena sel darah merah bertugas mengantarkan oksigen ke seluruh tubuh, kekurangannya akan membuat kita merasa lelah luar biasa, bahkan untuk aktivitas sehari-hari.
- Sesak Napas: Kurangnya oksigen dalam darah membuat paru-paru bekerja ekstra keras untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Hasilnya? Sesak napas, terutama saat beraktivitas.
- Pusing dan Pingsan: Otak juga butuh pasokan oksigen yang cukup. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan pusing, bahkan pingsan.
- Jantung Berdebar: Jantung harus memompa lebih kencang untuk mengkompensasi kurangnya oksigen dalam darah, sehingga menyebabkan debar jantung yang terasa.
- Gangguan Perkembangan pada Anak: Pada anak-anak, anemia gravis yang berat dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif.
- Kegagalan Organ: Dalam kasus yang parah, anemia gravis dapat menyebabkan kegagalan organ, yang merupakan kondisi yang sangat serius dan mengancam jiwa.
Faktor Risiko Anemia Gravis
Beberapa faktor meningkatkan risiko seseorang terkena anemia gravis. Mengenali faktor-faktor ini penting untuk melakukan langkah pencegahan yang tepat.
- Riwayat Keluarga: Jika ada anggota keluarga yang menderita anemia gravis, risiko Anda juga meningkat.
- Defisiensi Nutrisi: Kekurangan zat besi, vitamin B12, atau asam folat dapat menyebabkan anemia.
- Kondisi Medis Tertentu: Beberapa penyakit seperti penyakit ginjal kronis, penyakit autoimun, dan kanker dapat menyebabkan anemia.
- Perdarahan: Perdarahan yang hebat, misalnya karena kecelakaan atau operasi, dapat menyebabkan anemia.
- Kehamilan: Wanita hamil memiliki risiko lebih tinggi terkena anemia karena tubuh mereka harus menyediakan nutrisi untuk bayi yang sedang berkembang.
Strategi Pencegahan Anemia Gravis
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, kan? Berikut beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk mengurangi risiko terkena anemia gravis:
- Konsumsi Makanan Bergizi: Pastikan asupan makanan kaya zat besi, vitamin B12, dan asam folat. Contohnya bayam, daging merah, hati ayam, kacang-kacangan, dan buah-buahan.
- Rutin Periksa Kesehatan: Pemeriksaan darah rutin membantu mendeteksi anemia sejak dini, sehingga pengobatan dapat segera dilakukan.
- Atasi Kondisi Medis yang Mendasarinya: Jika Anda menderita penyakit yang dapat menyebabkan anemia, penting untuk mengobatinya dengan baik.
- Hindari Perdarahan yang Berlebihan: Berhati-hati saat beraktivitas untuk mencegah cedera yang menyebabkan perdarahan.
- Konsultasi Dokter: Jika Anda mengalami gejala anemia, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Ilustrasi Komplikasi dan Pencegahan Anemia Gravis
Bayangkan sebuah infografis berbentuk lingkaran. Di tengah lingkaran, terdapat gambar sel darah merah yang terlihat kecil dan pucat, melambangkan anemia gravis. Dari pusat lingkaran ini, memancar beberapa cabang yang mewakili komplikasi, seperti kelelahan ekstrem (digambarkan dengan seseorang yang terkulai lemas), sesak napas (digambarkan dengan seseorang yang memegang dadanya), pusing (digambarkan dengan kepala yang berputar), dan jantung berdebar (digambarkan dengan jantung yang berdetak cepat). Di sisi lain lingkaran, terdapat cabang-cabang yang menggambarkan pencegahan, seperti makanan bergizi (digambarkan dengan berbagai jenis sayuran dan buah-buahan), pemeriksaan kesehatan rutin (digambarkan dengan orang yang sedang menjalani pemeriksaan darah), dan pengobatan kondisi medis (digambarkan dengan orang yang sedang berkonsultasi dengan dokter). Warna-warna yang digunakan cerah dan menarik, dengan keterangan singkat dan jelas pada setiap cabang.
Pentingnya Deteksi Dini dan Intervensi
Deteksi dini anemia gravis sangat krusial. Semakin cepat terdeteksi, semakin cepat pula penanganan yang tepat dapat diberikan, sehingga dapat meminimalisir risiko komplikasi serius. Intervensi berupa suplementasi zat besi, vitamin B12, atau asam folat, serta pengobatan kondisi medis yang mendasarinya, sangat efektif dalam mencegah perkembangan anemia gravis menjadi lebih parah.
Simpulan Akhir
Anemia gravis, dengan kerumitannya, membutuhkan penanganan yang tepat dan terpadu. Mulai dari deteksi dini hingga pengobatan yang sesuai, semua berperan penting dalam mencegah komplikasi serius. Semoga informasi yang telah diuraikan di atas dapat memberikan gambaran yang komprehensif dan membantu kamu atau orang terdekatmu yang mungkin menderita anemia gravis. Ingat, konsultasi dengan dokter tetap menjadi langkah terpenting untuk diagnosis dan perawatan yang tepat!
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow